Motor mio merah datang tepat di depan mataku. Lelaki berkulit sawo matang kemudian menatap ke arahku kemudian bertanya “Nuju pada dimarana keneh nu sanes tos ngantosan?” Pertanyaan itu mengingatkanku pada Ali dan Chandra yang baru saja pergi. Aku menjawabnya “Tadi teh duaan tos kaditu dipayun ka bumi bapak”.
Aku dibawa sang pengemudi menuju sebuah tempat perkumpulan yang diketahuinya. Malam terus memperhatikan setiap laju kita. Karena gelap sulit untuk menembus jalan yang penuh kerikil di desa Cipaku. Laju motor yang gigih telah membawaku sampai di sebuah rumah. Rumah itu sudah dipenuhi oleh para penduduk yang kebanyakan anggota aktif dari karang taruna unit 12. Satu persatu penduduk aku salami. Kebanyakan dari mereka sudah berusia dewasa dan menikah. Terlihat juga ada ketua RW 12 duduk di lantai beralaskan karpet.
Acara dibuka oleh seorang pembawa acara dari warga. Aku duduk bersampingan dengan Arli sedangkan Chandra bersebelahan dengan ketua karang taruna, pak Opo Mustofa. Agar lebih leluasa bahasa sunda dipilih untuk bisa mendekatkan diri dengan masyarakat. Pada saat memberi sambutan, ketua Karang Taruna mulai memperkenalkan semua anggota yang hadir. Ada Aam, Tony, bu Cici, bu Susi, dll. Semua datang dari latar belakang yang berbeda.
Chandra bagian olahraga, seni dan kepemudaan di kelompok 18 mulai menjelaskan maksud kedatangan mahasiswa KKM UIN Bandung ke kampung Pabean ini. Kami ingin belajar disini dan membantu dalam bidang pendidikan dan keagamaan. Selain itu akan ada pertandingan Volli dan tournament sepakbola untuk kategori anak-anak. Untuk Volli kategori A,B,C putra dan putri selanjutnya kompetisi sepakbola akan dibicarakan malam ini.
Karang Taruna kampung Pabean sudah mengerti dan berpengalaman dalam hal melaksanakan kompetisi sepakbola. Toni selaku pengurus lapangan langsung memberi masukan. Menurutnya untuk sebuah kompetisi sepakbola disebut gampang, memang gampang. Disebut sulit juga memang sulit. Banyak hal yang harus dipertimbangkan terutama masalah perizinan ke pihak kepolisian. Perizinan biasanya menghabiskan banyak biaya sampai jutaan. Contoh kecil untuk perizinan awal panitia harus mengeluarkan dana sekitar Rp2.000.000,- belum lagi untuk perizinan selanjutnya. Dari pemaparan itu, aku sempat berpikir dari perizinan saja sudah mengeluarkan uang yang cukup banyak belum lagi untuk hadiah,wasit, dll.
Dari penjelasan pak Toni aku, Arli dan Chandra jadi banyak tahu dan mengerti. Pada akhirnya kompetisi sepakbola bukanlah pilihan tepat. Pertandingan eksibisi menjadi pilihan pengganti untuk itu. Karena malam yang semakin larut, acara perkumpulan bersama karang taruna unit 12 langsung ditutup dengan doa yang dipimpin oleh ketua RW 12.
Sore hari sebelum makan malam, dosen pembimbing lapangan, Ibu Eni Julaiha, M.Ag sempat berkunjung ke tempat kami. Kelompok 18 jadi persinggahan terakhirnya. Ia datang untuk mengontrol apa saja yang telah kami kerjakan di lokasi KKM. Ibu Eni banyak menyampaikan gagasan untuk masyarakat disini. Mulai dari masalah pernikahan dini yang banyak terjadi di desa, pemberantasan buta huruf sampai pesan untuk kelompok kita. Pertemuan dengannya terasa singkat seperti hembusan angin sore. Ia pergi untuk mengobati kerinduan kedua anaknya yang telah menunggu bunda di rumah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar