Minggu, 20 Juli 2014

Pengalaman Pertama Singgah di Karnivor

Kehadiran teman-teman baru tentu akan membawa pada cara baru untuk menikmati hidup. Saya sudah hampir jarang bisa berbuka bersama dengan teman-teman sejurusan yang ada di kampus karena hampir semuanya sudah lulus. Sebagian dari mereka ada yang menetap di Bandung dan sisanya pulang ke kampung halamannya masing-masing. Jadi ajakan untuk buka bersama itu pasti datang dari teman-teman baru yang saya kenal atau bisa juga dari teman lama.

Belum lama ini, saya memang punya teman-teman baru yang saya dapatkan ketika bekerja beberapa bulan di Mizan Application Publisher (MAP) hebatnya hubungan pertemanan ini masih terjaga. Setiap kali ada janji untuk berkumpul di suatu tempat maka di hari itu juga setiap dari kita yang tidak berhalangan pasti akan datang ke tempat itu.

Momen Ramadhan membuat semua tempat makan khususnya yang ada di kota Bandung menjadi penuh sesak dengan pengunjung. Tidak jarang juga banyak orang yang rela menunggu demi bisa makan di tempat yang mereka inginkan. Salah satu cara untuk tidak menunggu adalah datang lebih awal atau bisa juga membookingnya terlebih dahulu. Pada hari yang tidak direncanakan Riva mengajak kita semua untuk berbuka bersama di Karnivor, sebuah cafe yang letaknya di jalan Riau Bandung. Riva sudah membooking kursi ke tempatnya langsung pada jam 4 sore bersama dengan Nuy.

Sesuai dengan kesepakatan, kita semua berkumpul disana jam 5 sore. Komunikasi antara kita dihubungkan lewat aplikasi chatting WhatsApp dalam sebuah grup yang namanya sering diganti-ganti. Saya berangkat dari rumah sekitar pukul setengah lima sore. Perjalanan bisa dibilang cukup lancar tidak ada hambatan paling sedikit macet di titik-titik tertentu yang sering terjadi kemacetan. Saya sampai di Karnivor tepat sesudah adzan maghrib. Area parkirnya benar benar dipenuhi oleh kendaraan mulai dari mobil sampai motor. Bagi yang tidak kebagian tempat harus rela menunggu masuk deretan waiting list yang jumlahnya tidak sedikit.

Memasuki Karnivor seperti melihat sebuah hutan di tengah perkotaan. Pintu dirancang seperti sebuah rumah koboy pelan pelan saya berjalan mencari dimana tempat duduk yang sudah di pesan. Saya berjalan lurus berkeliling keliling melihat suasana di sini. Ada menja panjang yang ditempati oleh banyak orang, kemudian ada juga meja yang tempatnya di dalam. Sungguh penataan tempat yang menyenangkan. Saya mengintip kembali dari depan, apa mungkin mereka duduk di dalam. Saya masuk ke dalam dari jauh terlihat Riva, mas Hasan dan teman-teman yang lain. Lalu saya yakin meja yang letaknya di pojok itu sedang menunggu salah satu anggotanya yang belum datang yaitu saya.

Saya duduk di kursi kemudian mulai mulai membuka teh kotak yang dibeli di Indomart sebelum adzan maghrib. Ternyata makanan sudah siap untuk di santap karena masing masing sudah pesan lebih dahulu. Saya juga mendapat saran untuk segera memesan makanan. Saya melihat lihat dulu menu yang ada disini setelah menemukan yang cocok dengan isi dompet kemudian saya memesannya. Rata-rata menunya dibuat dari bahan dasar daging seperti steak, beef, sirloin dan masih banyak lagi. Tempat ini memang untuk para pemakan daging yang datang karena ingin memburu rasanya.

Saya juga sempat bertanya kepada Riva apa makanan yang dipesannya kemudian dia menjawab sirloin. Cukup puas memandangi daftar menu saya kemudian menetukan pilihan makanan pada nasi goreng Karnivor. seperti ini nasi goreng andalan yang sengaja nama terakhirnya ada kata Karnivor. Saya memesan makanan saja tidak dengan minumannya karena minuman sudah beli dalam takaran besar jadi bisa diminum bersama sama yaitu orange juice dan satu lagi saya tidak tahu apa namanya.

Selama nasi gorengnya belum tampak di depan meja, saya menyempatkan untuk shalat maghrib di musolla yang letaknya ada di paling belakang cafe ini. Selesai shalat wujud nasi goreng karnovor pun sudah tampak dalam porsi yang cukup besar. Saya kemudian mengambil sendok untuk memastikan rasanya saat mendarat di mulut ini. Nasi goreng ini memang kuat dengan bumbu rempah rempahnya juga daging yang potongannya besar-besar. Tidak cukup sampai di situ warna nasi gorengnya kuning dan aromanya pun khas. Nasi goreng Karnivor kurangnya satu yaitu tidak pakai kerupuk.

Porsi nasi goreng yang cukup besar membuat saya tidak mampu menghabiskan semuanya jadilah nasi gorengnya tersisa tapi saya telah sekuat tenaga untuk menghabiskannya. Teman teman yang lain juga turut menyemangati untuk menghabiskannya. Semua telah selesai makan tiba waktunya untuk menghitung total pembayaran perorangnya. Tugas untuk menghitung diserahkan pada Liesna the cave man yang ndeso, dialah satu satunya perempuan yang rela ditugasi dalam hal hitung menghitung pengeluaran makan. Total pesanan saya sendiri jumlahnya Rp 45.000,- yang lain totalnya ada yang jauh lebih besar dari saya. Setelah semua uang terkumpul Rivalah yang membayarkannya semua ke kasir.

Saat pulang saya sempat merasa gelisah karena kunci motor tidak ada di saku celana. Yang lain masih duduk duduk di area parkir sambil menikmati suasana malam di Karnivor. Saya sempat masuk kembali untuk mencari kunci motor. Beruntungnya ada Ega yang membantu menghubungkan dengan tukang parkir, kunci motor saya ternyata tertinggal di spake board. Tukang parkirnya benar-benar orang baik, ia masih menyimpan kuncinya dan memeriksa STNK saya untuk memastikan kalau sayalah pemilik kunci itu. Kita tidak tahu malam itu harus pergi kemana lagi tapi semua sepakat untuk singgah sejenak di Indomart Point yang letaknya ada di Buah Batu. Pada akhirnya berangkatlah kita semua meninggalkan Karnivor menuju Buah Batu dengan empat motor yang masing-masing membonceng satu orang dari kita. Selamat tinggal Karnivor, terima kasih telah membuat kami menjadi pemakan daging hari ini.