Selasa, 16 Desember 2014

Mengenal Tintin Lewat Sosok Seno Gumira Ajidarma

Setelah melewati Simpang Dago saya begitu yakin sebentar lagi akan sampai menuju ke Cigadung. Nama daerah ini masih terasa asing bagi saya biarpun begitu perjalanan tidak bisa berhenti sampai di sini. Berkat petunjuk dari beberapa orang mulai dari pengguna motor, pejalan kaki dan tukang parkir, saya tidak lagi merasa bingung. Untuk pertama kalinya motor Honda Beat hitam saya mulai memasuki daerah Tubagus Ismail. Atas arahan dari tukang parkir di Tubagus Ismail saat berada di depan rumah makan Ampera langsung belok kiri. Saya pun menemukan Ampera yang letaknya bersebelahan dengan Alfamart lalu belok kiri. 

Setelah belok kiri beberapa ratus meter tampak sebuah gapura disana tertulis Komplek Perum UNPAD Cigadung I tugas saya selanjutnya adalah mencari jalan Sosiologi No. 14 yang menariknya di depan gapura pintu masuk ada plang yang memuat peta di komplek ini. Di peta jalan Sosiologi letaknya berdekatan dengan Paramita. Saya kini telah menemukan Jl. Sosiologi No.14 yang dimaksud . yaitu sebuah rumah minimalis yang menyatu dengan galeri juga perpustakaan. Terasa sekali nuansa art begitu kental seperti susu kental manis saat saya mulai memasuki ruangan setelah mendaftar ulang sebagai peserta diskusi.

Warna hitam begitu melekat pada sosok seorang Seno Gumira Ajidarma itulah yang saya lihat saat kali pertama bertemu dengannnya di sebuah perpustakaan dengan nama s.14. Dia datang dengan begitu santainya sambil menggendong tas ransel ketika itu memakai kaos polo hitam dimasukan ke dalam celana cargonya tidak ketinggalan jam tangan hitam mungkin mereknya g shock. Mas Seno duduk ditengah diapit oleh Ucok di sebelah kiri selaku moderator dan sebelah kanan Adhya Ranadiraksa seorang  seniman yang tengah memamerkan karyanya tentang tokoh komik  Tintin dengan judul “Si Tintin Positif”.  Saya duduk di kursi nomor 5 letaknya ada di pojok sebelah kanan dekat dengan rak buku.

Sebelum diskusi dimulai terjadi obrolan ringan antara mas Seno dan bang Ucok yang mengometari kondisi perpustakaan s.14 yang dipenuhi oleh lighting yang cukup banyak. Cerpenis yang akrab dengan sosok Sukab ini pernah menemukan hal yang sama saat membaca koran Jakarta Post. Di Jakarta ada sebuah galeri juga perpustakaan yang konsepnya sama seperti ini. Tapi tentunya di s.14 yang ada di Bandung jaiuh lebih baik daripada yang di Jakarta begitulah katanya.

Mas Seno sepertinya punya keinginan untuk memasang lighting di rumahnya tapi niatnya itu enggan diwujudkan mengingat respon dari orang rumah. “Berapa ini,” seperti itulah ekspresinya Tapi seketika ia terbayang akan respon akan orang orang yang ada di rumahnya. Semua peserta diskusi sudah menempati kursinya masing-masing. Diskusi pun dibuka oleh bang Ucok sebagai moderatornya. Di awal awal diskusi sosok Seno Gumira Ajidarma dikenalkan lebih dulu kepada semua peserta. Pada saat bang Ucok kuliah ia bercerita pernah membaca tiga buah buku karya mas Seno diantaranya Saksi Mata, Jazz, Parfum dan Insiden dan buku terakhir ketika Jurnalisme Dibungkam Sasta Bicara. Masih dalam cerita perkenalan Seno diceritakan bang Ucok sebagai seorang yang senang memotret juga jalannya cepat.

Selesai perkenalan singkat kesempatan untuk bercerita banyak diberikan bang Ucok kepada mas Seno. Saya pun sudah tidak sabar untuk menyimak pemikirannya pada diskusi kali ini. Sebelum membahas tentang tema diskusi, mas Seno sedikit mengomentari tentang karya karya yang dipamerankan. Tema yang diangkat pada sosok Tintin berkaitan dengan agama ada poster, mug, boneka, postcard, dll.

Dalam diskusinya Seno menyampaikan bahwasannya semua orangtua percaya, kalau komik Tintin adalah bacaan komik yang baik untuk anak anak tapi ternyata tidak benar. Isi dari komik Tintin sendiri sebenarnya merupakan sebuah bentuk perlawanan Eropa terhadap Amerika, Eropa tidak ingin bangsanya tercuni oleh budaya Amerika. Komik Tintin sendiri lahir dari negeri  Belgia di mana negara ini memang benar banar berdekatan dengan perancis. Dalam percakapan komik Tintin ada semacam realisme magis. Di Indonesia komik Tintin pernah menjadi perdebatan ketika versi terjemahannya salah menafsirkan ketika pesawat 714 mendarat di Indonesia.

Pada saat bercerita tentang Tintin menurut sudut pandang seorang Seno, pikiran saya ini tidak bisa bergerak jauh melampauinya. Sejak awal pemaparan saja sudah menggunakan teori kontruksi. Dari teori kontruksi berlanjut pada teori ideologi. Sejujurnya saya agak kesulitan untuk menulis ulang teori teorinya secara detail. Pada sebuah kesimpulan mas Seno bilang hal yang tersulit adalah mengungkap sebuah kebenaran.

Kata itu seperti tekstil yang membuat 1000 serat menjadi benang. Benang kemudian menjadi kain dan kain menjadi baju. Seperti itulah kata kata dari satu kata bisa membawa banyak makna. Kata itu tidak terbatas kecuali dibatasi oleh interpretasi. Jawaban itulah yang secara utuh coba saya tuliskan dalam catatan ini.

Diskusi berakhir dengan menyenangkan karena penyelenggara menyediakan makanan dan minuman alakadarnya untuk para peserta termasuk saya. Setelah selesai banyak dari peserta yang minta foto bersama dan tanda tangan pada mas Seno. Saya pun tidak menyia-nyiakan moment ini dengan meminta tanda tangan di atas postcard Tintin yang dibagiakn secara gratis untuk peserta. Di atas postcard saya meminta mas Seno untuk menuliskan tanda tangan buat Hamdan dari Seno Gumira Ajidarma.

Jumat, 31 Oktober 2014

Setengah Kilo Gram Ikan Mas

Tanah yang saya injak terasa lain, basah tapi tidak terlalu mengganggu langkah kaki selanjutnya. Bagi yang tidak suka becek dan kotor perlulah berhati-hati. Dalam keadaan seperti ini pasar tradisional kian tidak diminati utamanya bagi mereka yang betah bermalas-malasan. Pagi terasa indah saat berada di pasar walau yang terjadi tidak seindah apa yang tampak karena inilah pasar bukan mall atau supermarket. 

Saya mencoba masuk lewat gang sempit yang letaknya ada di tengah. Tampaklah di depan mata sebuah toko yang menjual baju anak-anak sudah mulai buka sepagi ini. Kemudian saya mampir di kios yang menjual snack dan kacang-kacang dalam plastik kecil. Harga per plastiknya sekitar Rp 4.00,- ada juga kios yang menjual kelapa tua untuk keperluan masak. Tidak ketinggalan kios makanan olahan seperti baso, chicken, sosis, makroni sedang dikunjungi oleh pembeli dari kalangan ibu-ibu. Makanan makanan olahan seperti ini besar kemungkinan akan dijual lagi untuk di konsumsi oleh banyak orang.

Sejenak saya tertarik untuk memiliki tas karung warna putih yang ukurannya besar. Di sebuah kios yang menjual beragam macam plastik tas karung ini dijual seharga Rp 2.000,- tas karung biasa digunakan untuk membawa banyak barang belanjaan. Saya terpikir untuk membuat tas yang ukurannya sama besar dengan bahan dari blacu. Untuk kantong kresek hitam ukuran besar harga satuannya seribu untuk satu paknya Rp 18.000 dengan isi 48 buah.

Mengingat tujuan saya datang ke sini untuk membeli ikan mas, maka ikanlah yang harus dibawa pulang bukan sayuran apalagi daging sapi. Ikan itu sudah jadi menu harian yang sering ayah saya santap baik itu waktu sarapan, makan siang, atau makan malam. Cara pengolahannya sendiri tidak digoreng tapi dipepes. Persoalan usia dan penyakit menjadi penyebab kenapa makanan saat usia tua harus dijaga. Kalau tidak, maka yang terjadi adalah korestorel tinggi juga gula darah naik.

Penjual ikan mas segar di pasar tradisional Soreang tidaklah sulit ditemukan. Pilihan saya tertuju pada seorang pedagang dari sekian banyak yang ada. Letak kios ikan miliknya bersebelahan dengan kios penjual daging ayam. Kios daging ayam dimiliki oleh sepasang suami istri sang suami punya panggilan Ateng. Mungkin karena mukanya bulat juga tubuhnya pendek. Saya membeli ikan mas setengah kilo gram saja rasanya itu sudah cukup untuk sarapan ayah hari ini.

Tentu ada alasan kenapa saya memilih untuk membeli ikan di kios ini. Alasannya sederhana karena penjualnya mau dengan senang hari membersihkan ikan-ikan itu, mengeluarkan isinya lalu mencucinya di dalam kios. Selesai dibersihkan, ikan ikan itu dimasukan ke plastik hitam. Untuk setengah kilo gram ikan mas dihargai sebesar Rp 11.000,- di depan kios ikan miliknya, ada sebuah kios yang menjual gorengan sekaligus juga jadi tempat nongkrong pegawai pabrik atau pekerja pasar. Ada sejuta cerita yang dilontarkan tentang kehidupan di kios itu. Di suatu pagi yang santai, saya mungkin akan mencoba minum kopi sambil menikmati pisang goreng di sana. Adakah yang ikut menemani saya?

Sabtu, 18 Oktober 2014

Lika Liku Belanja Bahan Untuk Produksi Tote Bag

Bagi yang sedang merintis sebuah usaha terutama di bidang fesyen tentu belanja bahan untuk keperluan produksi sudah menjadi sesuatu yang tidak asing lagi. Baru-baru ini saya menerima pesanan tote bag dari  Jakarta dengan jumlah yang cukup banyak. Hari Sabtu ini akan saya gunakan untuk membeli bahan tepatnya di Pasar Baru setelah itu baru ke Cigondewah. Saya masih sebatas tahu dua tempat itu untuk referensi belanja kain di Bandung

Pukul 10 lebih, saya berangkat dari rumah menuju tempat yang dituju. Di tengah perjalanan, saya memutuskan untuk pergi ke Cigondewah dulu. Belum sampai ke sana, saya malah tertimpa kesialan. Motor hitam saya dihentikan oleh polisi karena siang itu sedang ada razia. Kelengkapan surat surat saya pun diperiksa, saya hanya bisa menyerahkan SIM yang ada di dompet dan STNK tidak ada karena tertinggal di rumah.

Akibat dari STNK tertinggal, saya disuruh untuk turun dari motor dan mengikuti polisi tadi ke ujung jalan yang sepi. Saya sempat dicurigai dan ditanya dengan beragam pertanyaan. Ada dua pilihan ketika itu, ingin damai di tempat atau damai di kantor polisi. Kalau ingin damai di tempat, saya harus mengeluarkan uang Rp 250.000,- mendengar nominal itu saya memilih untuk tidak berdamai di tempat. Lagi pula untuk apa uang sebesar itu diberikan kepada polisi yang jelas-jelas mata duitan. Apa mau dikata surat tilang mulai ditulis, motor saya terancam akan diangkut ke kantor. Dengan benar-benar terpaksa sebuah negoisasi pun terjadi, uang saku pribadi saya sebesar Rp 30.000 harus keluar untuk berdamai dengan polisi. Saya pun melanjutkan perjalanan menuju Cigondewah.

Bagi yang belum pernah ke Cigondewah, di sepanjang jalan menjual berbagai macam jenis kain. Seperti katun, batik, jeans, denim, polyester, dll. Dari apa yang saya tahu dan orang orang bicarakan, kalau harga kain disini terbilang murah. Untuk kualitasnya tergantung dari kepintaran kita memilah dan memilih mana bahan kain yang bagus. Tujuan saya siang ini adalah mencari weebing, bahan loreng digital juga motif zebra. Weebing itu tali yang digunakan pada tas biasnaya bahannya dari katun dan polyester. Tidak banyak yang menjual weebing jadi perlu berkeliling-keliling untuk bisa menemukan yang saya cari. 

Di sebuah toko dengan penjual yang sudah terlihat tua renta, saya berhenti sejenak untuk membeli weebing.Selain sudah tua ciri khas dari pemilik toko ini adalah berpeci putih juga berjenggot panjang. Dari cara bicaranya menunjukan kalau dia berasal dari Padang. Orang-orang Padang dikenal sebagai orang yang pandai bergadang. Saya mencari-cari weebing warna putih tapi tidak menemukannya. Kebanyakan weebing yang dijual sudah berdebu karena memang sulit mememukan yang masih baru. Saya pun mencari warna lain yaitu hitam, warna hitam pun tidak ada yang membuat saya ingin membelinya pilihan terakhir tertuju pada weebing cokelat yang akhirnya saya beli dua roll. Dua roll weebing dihargai dengan Rp 80.000 seharusnya Rp 81.000 saya mendapat potongan harga seribu saja.

Pak tua tadi sempat bercerita, kalau ia ingin berhenti berdagang karena sudah lelah dan bosan. Beberapa kali terlihat kesehatannya sudah terganggu dengan menguap dengan cara tidak biasa juga agak sedikit aneh. Tapi, jangan salah kemampuannya dalam hal merayu dan membujuk pembeli tidak bisa diremehkan.

Membeli resleting murah adalah tujuan saya selanjutnya. Hanya melangkahkan kaki beberapa langkah saja, saya sudah sampai di toko sleting. Cerita dari pegawainya, pemilik toko sleting ini masih sekeluarga dengan toko yang menjual weebing. Sama-sama dari Padang, saya awalnya mengira harga sleting di sini murah tapi nyatanya masih ada yang lebih murah. Toko yg menjual sleting dengan harga yang lebih murah letaknya berhadapan dengan toko ini. Di toko ini saya membeli sleting selusin harganya Rp 15.000 tapi di toko depan harganya Rp 10.000 selusin dan mereknya YKK. 

Belanja bahan di Cigondewah selesai, selanjutnya perjalanan berlajut ke Pasar Baru mungkin Tamim lebih tepatnya. Tamim adalah nama sebuah Jalan yang letaknya berdekatan dengan Pasar Baru daerah ini dikenal sebagai tempat pembuatan jeans satuan, celana chino, jaket, dan kemeja untuk anak muda. Harga yang ditawarkan terbilang cukup murah. Di Tamim saya masuk ke toko Indah Mas untuk mencari bahan kanvas motif zebra. Saat bertanya ke salah satu pegawainya, dia menjawab kalau motif zebra tidak ada dan datangnya barang pun jarang sekali. 

Belanja bahan itu memakan lelah tapi yang terpenting apa yang saya cari bisa didapatkan. Saya senang saat menemukan bahan loreng digital dengan motif sesuai pesanan. Dari pasar baru saya berhasil membawa oleh-oleh lima meter kain loreng digital. Harga per meternya Rp 45.000,- saya harus mengingatkan diri sendiri untuk mencatat setiap pengeluaran saat belanja. Belanja hari ini dicukupkan saja, ada saja lika liku belanja bahan baik itu di Cigondewah atau Pasar Baru. Tapi itulah bagian dari kejutan kehidupan. 

Minggu, 31 Agustus 2014

Sebuah Tulisan Dalam Draft

Mari kita bisa tentang cara setiap orang untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Setiap orang pasti punya cara untuk menggapai keinginan mereka. Tentu itu tidak didapatkan hanya dengan diam. Bulan Agustus sudah sampai di punghujung bulan di mana tidak bisa terurang lagi bulan ini.

Aku punya rencana untuk berjualan snack di KOPMA ya dijual dengan harga 1000 per plastik aku rasa itu sebuah harga yang murah. Snack yang aku jual ini memang mudah ditemukan dimana mana jadi jangan heran. Ibu berpesan utnuk menjalani bisnis yang aku geluti seperti membuat kaos, sablon

Bulan ini aku mengumpulaj beberapa berita tentang kabar baik. SSebuah kabar yang menunjukan kedewasaan seseorang dalam mengambil langkah. Sebut saja Miko yang telah berhasil menikah dengan Nabilah kisah cinta mereka bukan tanpa hambatan perlu proses untuk bisa menyatukan dua hati mereka. Lanjut lagi ada Fiqri yang telah meminang Ninit perempuan berkacamat yang setahuku di kenalkan oleh Tri Ona. Kemudian beberapa minggu kebelakang ada Godi yang Khitbah dengan perempuan yang dicintainya yaitu Dinda.

Memang tidak terasa perubahan perubahan telah terjadi. Aku masih saja berbuat itu itu saja, semoga aku bisa menebus

Rabu, 27 Agustus 2014

Siapa Yang Pertama Kali Menemukan Cappucino Cingcau?

Mahasiswa yang hidup di era smartphone setiap obrolan mereka pasti ada kaitannya dengan dunia sosial media. Kali ini giliran Path yang jadi keriuhan dalam obrolan di kantor redaksi SUAKA siang itu. Berawal dari Salman yang sibuk dengan smartphone barunya yang memancing Rama untuk iseng mengomentari kalau dia pasti sedang ngepath. Salman malah menjawab kalau Path miliknya sudah di delete. Rama bilang kalau Path itu kebanyakan digunakan untuk eksis. Setiap kali pergi pasti cek in dulu, pas lagi nongkrong update Path, nonton film dan dengerin musik juga ngepath, sampai-sampai sebelum tidur juga update Path dulu. Kalau Rizal mengomentari para pengguna Path itu sebagai orang yang alay. Aku sendiri tidak berkomentar apa-apa cukup menjadi pendengar yang ingin tahu saja.

Keriuhan tentang Path tidak bertahan lama sebatas komentar itu-itu saja. Rama mulai mengeluhkan kalau dia saat ini butuh admin dan meminta infonya padaku. Aku jawab saja tidak punya karena teman-teman di jurusanku rata-rata bekerja sebagai pengajar bimber dan guru di sekolah. Aku akan tercengang kalau ada lulusan dari jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) yang jadi pemadam kebakaran, pemburu hantu atau barista. Ah mana mungkin juga leluconku ini terlalu mengada-ngada. Kalau pun mungkin itu bisa terjadi pasti akan menjadi sesuatu yang baru di tengah kebiasaan yang terjadi.

Menurutku untuk bisa bekerja di luar jurusan yang kita pilih perlu dukungan soft skill yang mumpuni karena dunia kerja/industri benar-benar membutuhkan tenaga yang profesional. Soft skill itu bisa didapatkan lewat proses yang dijalani berdasarkan apa yang menjadi passion dari seseorang. Contoh terdekat adalah teman kita sendiri, ada yang sejak awal menggeluti dunia fotografi pada akhirnya, ia bisa menjadi seorang fotografer dengan skill yang dimilikinya.

Saat tenggorokan mulai menjerit-jerit kehausan maka yang terbayang saat ini juga adalah Cappucino Cingcau. Aku ingin meminumnya tapi cuaca yang panas membuatku malas untuk keluar ruangan. Melihat ada gelas yang berisikan cappucino aku langsung meminumnya tanpa permisi.Sungguh tragis galon di sekre SUAKA tidak terisi air jadilah tidak ada seorang pun yang membuat kopi ketika itu.

Tiba-tiba saja muncul pertanyaan, siapa sebenarnya orang yang pertama kali menemukan Cappucino Cingcau?  Dari semua teman yang aku tanyai tidak ada yang bisa menjawabnya dengan penuh keyakinan. Mungkin bagi mereka pertanyaan ini jauh lebih sulit dari soal-soal UAS. Pari peneliti dari kalangan akademisi harusnya bisa meneliti juga tentang hal ini. Sudah saatnya para inovator di bidang kuliner harusnya mendapat juga pengakuan yang layak.

Masih banyak lagi inovasi di bidang kuliner seperti cireng isi, es krim goreng, mocilok, dll. Mereka yang telah membuat inovasi itu pasti bersusah payah untuk bisa membuat sebuah racikan makanan yang nikmat di lidah. Indonesia sendiri kayak akan makanan yang nikmat dari soto saja ada beberapa macam seperti soto betawi, soto lamongan, soto madura dan masih banyak lagi. Setahuku belum ada yang membukukan para penemu makanan dari masa ke masa. Kalau ini bisa diwujudkan maka para pembacanya akan tahu kalau makanan ini ternyata punya sejarahnya tidak sebatas makanan saja.

Anisa bilang pada kita semua, kalau kakek buyutnya adalah penemu dari Goyobod yang terkenal di jalan Kliningan, Buah Batu. Ia bercerita yang menjadi ciri khas dari Goyobod yang dirintis kakek buyutnya adalah bahannya yang terbuat dari sagu. Seiring berjalannya waktu usaha kakek buyutnya itu kemudian berkempang dan diwariskan ke semua cucu-cucunya. Ibunya Anisa adalah salah seorang dari cucunya. Saudaranya yang ada di Garut juga berjualan Goyobod, yang membedakan kalau di Garut gulanya terbuat dari gula aren yang dicampur dengan gula putih.

Nisa berkali-kali bilang kalau dia tidak bisa bisnis. Di akhir cerita ia mempromosikan kepada kita semua  bagi yang ingin memesan goyobod untuk pesta pernikahan bisa menghubunginya. Untuk soal harga bisa murah sekitaran Rp 500.000,- untuk seribu gelas. Ada yang tertarik untuk memesannya? Kembali lagi ke pertanyaan awal, Siapa yang pertama kali menemukan Cappucino Cingcau?

Minggu, 20 Juli 2014

Pengalaman Pertama Singgah di Karnivor

Kehadiran teman-teman baru tentu akan membawa pada cara baru untuk menikmati hidup. Saya sudah hampir jarang bisa berbuka bersama dengan teman-teman sejurusan yang ada di kampus karena hampir semuanya sudah lulus. Sebagian dari mereka ada yang menetap di Bandung dan sisanya pulang ke kampung halamannya masing-masing. Jadi ajakan untuk buka bersama itu pasti datang dari teman-teman baru yang saya kenal atau bisa juga dari teman lama.

Belum lama ini, saya memang punya teman-teman baru yang saya dapatkan ketika bekerja beberapa bulan di Mizan Application Publisher (MAP) hebatnya hubungan pertemanan ini masih terjaga. Setiap kali ada janji untuk berkumpul di suatu tempat maka di hari itu juga setiap dari kita yang tidak berhalangan pasti akan datang ke tempat itu.

Momen Ramadhan membuat semua tempat makan khususnya yang ada di kota Bandung menjadi penuh sesak dengan pengunjung. Tidak jarang juga banyak orang yang rela menunggu demi bisa makan di tempat yang mereka inginkan. Salah satu cara untuk tidak menunggu adalah datang lebih awal atau bisa juga membookingnya terlebih dahulu. Pada hari yang tidak direncanakan Riva mengajak kita semua untuk berbuka bersama di Karnivor, sebuah cafe yang letaknya di jalan Riau Bandung. Riva sudah membooking kursi ke tempatnya langsung pada jam 4 sore bersama dengan Nuy.

Sesuai dengan kesepakatan, kita semua berkumpul disana jam 5 sore. Komunikasi antara kita dihubungkan lewat aplikasi chatting WhatsApp dalam sebuah grup yang namanya sering diganti-ganti. Saya berangkat dari rumah sekitar pukul setengah lima sore. Perjalanan bisa dibilang cukup lancar tidak ada hambatan paling sedikit macet di titik-titik tertentu yang sering terjadi kemacetan. Saya sampai di Karnivor tepat sesudah adzan maghrib. Area parkirnya benar benar dipenuhi oleh kendaraan mulai dari mobil sampai motor. Bagi yang tidak kebagian tempat harus rela menunggu masuk deretan waiting list yang jumlahnya tidak sedikit.

Memasuki Karnivor seperti melihat sebuah hutan di tengah perkotaan. Pintu dirancang seperti sebuah rumah koboy pelan pelan saya berjalan mencari dimana tempat duduk yang sudah di pesan. Saya berjalan lurus berkeliling keliling melihat suasana di sini. Ada menja panjang yang ditempati oleh banyak orang, kemudian ada juga meja yang tempatnya di dalam. Sungguh penataan tempat yang menyenangkan. Saya mengintip kembali dari depan, apa mungkin mereka duduk di dalam. Saya masuk ke dalam dari jauh terlihat Riva, mas Hasan dan teman-teman yang lain. Lalu saya yakin meja yang letaknya di pojok itu sedang menunggu salah satu anggotanya yang belum datang yaitu saya.

Saya duduk di kursi kemudian mulai mulai membuka teh kotak yang dibeli di Indomart sebelum adzan maghrib. Ternyata makanan sudah siap untuk di santap karena masing masing sudah pesan lebih dahulu. Saya juga mendapat saran untuk segera memesan makanan. Saya melihat lihat dulu menu yang ada disini setelah menemukan yang cocok dengan isi dompet kemudian saya memesannya. Rata-rata menunya dibuat dari bahan dasar daging seperti steak, beef, sirloin dan masih banyak lagi. Tempat ini memang untuk para pemakan daging yang datang karena ingin memburu rasanya.

Saya juga sempat bertanya kepada Riva apa makanan yang dipesannya kemudian dia menjawab sirloin. Cukup puas memandangi daftar menu saya kemudian menetukan pilihan makanan pada nasi goreng Karnivor. seperti ini nasi goreng andalan yang sengaja nama terakhirnya ada kata Karnivor. Saya memesan makanan saja tidak dengan minumannya karena minuman sudah beli dalam takaran besar jadi bisa diminum bersama sama yaitu orange juice dan satu lagi saya tidak tahu apa namanya.

Selama nasi gorengnya belum tampak di depan meja, saya menyempatkan untuk shalat maghrib di musolla yang letaknya ada di paling belakang cafe ini. Selesai shalat wujud nasi goreng karnovor pun sudah tampak dalam porsi yang cukup besar. Saya kemudian mengambil sendok untuk memastikan rasanya saat mendarat di mulut ini. Nasi goreng ini memang kuat dengan bumbu rempah rempahnya juga daging yang potongannya besar-besar. Tidak cukup sampai di situ warna nasi gorengnya kuning dan aromanya pun khas. Nasi goreng Karnivor kurangnya satu yaitu tidak pakai kerupuk.

Porsi nasi goreng yang cukup besar membuat saya tidak mampu menghabiskan semuanya jadilah nasi gorengnya tersisa tapi saya telah sekuat tenaga untuk menghabiskannya. Teman teman yang lain juga turut menyemangati untuk menghabiskannya. Semua telah selesai makan tiba waktunya untuk menghitung total pembayaran perorangnya. Tugas untuk menghitung diserahkan pada Liesna the cave man yang ndeso, dialah satu satunya perempuan yang rela ditugasi dalam hal hitung menghitung pengeluaran makan. Total pesanan saya sendiri jumlahnya Rp 45.000,- yang lain totalnya ada yang jauh lebih besar dari saya. Setelah semua uang terkumpul Rivalah yang membayarkannya semua ke kasir.

Saat pulang saya sempat merasa gelisah karena kunci motor tidak ada di saku celana. Yang lain masih duduk duduk di area parkir sambil menikmati suasana malam di Karnivor. Saya sempat masuk kembali untuk mencari kunci motor. Beruntungnya ada Ega yang membantu menghubungkan dengan tukang parkir, kunci motor saya ternyata tertinggal di spake board. Tukang parkirnya benar-benar orang baik, ia masih menyimpan kuncinya dan memeriksa STNK saya untuk memastikan kalau sayalah pemilik kunci itu. Kita tidak tahu malam itu harus pergi kemana lagi tapi semua sepakat untuk singgah sejenak di Indomart Point yang letaknya ada di Buah Batu. Pada akhirnya berangkatlah kita semua meninggalkan Karnivor menuju Buah Batu dengan empat motor yang masing-masing membonceng satu orang dari kita. Selamat tinggal Karnivor, terima kasih telah membuat kami menjadi pemakan daging hari ini.

Senin, 31 Maret 2014

Untuk Apa Belajar Branding?

Saya bisa dibilang mendadak tau informasi kalau ada pelatihan Brandung UKM karena melihat dari timeline milik @yuswohady seorang marketer yang tulisan tulisannya suka saya bacca. Brandiung untuk UKM diadakan oleh komunitas Memberi yaitu sebuah komunitas yang berdiri belum lama dengan maksud dan tujuan untuk membuat UKM merdeka dan bebas dari serangan produk produk asing.

Acara kelas Pengetahuan ini sedniri diadakan di gedung Infomedia yang letaknya ada di jalan Malabar No. 37 saya sempat berkeliling keliling dulu untuk bisa sampai ke tempat ini. Dari depan memang lebih tampak seperti pabrik karena menutur teman saya dulunya memang pabrik kemudian digunakan untuk kantor Tribun Jabar dan terakhir digunakan untuk kantor infomedia yaitu sebuah perusahaan turunan milik TELKOM Indonesia. Saya yakin banyak pembacca juga yang belum tau tentang infomedia ini.

Sebelum ke dalam saya sempat di tanya dulu oleh Satpam atau security dalam bahasa kerennya mamaksud kedatangannya ke kantor infomedia kemudian saya menjawab untuk ikut pelatihan atau seminar. Kemudian salah seorang security menunjukan jalan untuk masuk ke dalam. Saya masuk dan melihat halaman di kantor cukup luar juga apalagi area parkirnya. Saat sampai rasanya belum banyak peserta yang datang lalu saya mengambil kesimpulan sendiri kalau saya ada 10 orang peserta yang datang tepat waktu.

Salah satu keuntungan datang ke seminar yang didanai oleh p[erusahaan besar seperti TELKOM adalah bisa dapat makan gratis. Hal ini terbukti sebelum dimulai semua peserta mendapat jamuan coffee break dan snack dari tuan rumah. Saya langsung senang ketika itu karena bisa menikmati kopi juga creamer di waktu pagi.

Pemateri yang di undang untuk memberi ilumunya adalah Subiakto dia seorang legenda branding Indonesia. Beberapa brand terkenal di Indonesia sudah dia tangani dan terbukti berhasil oleh karena itu dia menjabat julukan maestro branding Indonesia. Sebagai seorang pelaku industry kreatif tampilannya kala itu santai berkemeja jeans dilapisi kaos juga ramput panjang yang diikat sanggung kebelakang. Pak bi berkacamata kala itu.

Sabtu, 08 Maret 2014

Good Profit is Comes From a Good Service

Saya termasuk orang yang sangat memperhatikan pelayanan dari para pedagang baik itu saat belanja ke pasar, warung dan juga tempat makan. Karena bagi saya pelayanan itu bisa jadi daya tarik tersendiri terutama bagi konsumen yang ingin dimanjakan. Sebuah ungkapan pernah bilang “Pembeli Adalah Raja” seorang raja itu sudah selayaknya diberi pelayanan terbaik demi tercapainya tingkat kepuasan.

Pada tulisan kali ini, saya akan bicara sedikit tentang Koperasi Mahasiswa disingkat KOPMA di kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Sejak semua UKM, UKK, HMJ dan Senat menempati Gedung Student Centre yang baru letaknya ada di ujung paling atas kampus, KOPMA sudah mulai berjualan kembali dengan membuka kedainya. Saya melihat banyak sekali yang dijual di sini mulai dari makanan ringan, minuman, juga Koran ikut juga dijual ditambah lagi ada merchandise kampus berlabel AMUBA (Anggoan Mahasiswa UIN Bandung) yang menawarkan kaos, pin, stiker dengan kualitas terbaik.

Bicara tentang pembeli, sederhananya yang akan datang ke kedai KOPMA adalah mahasiswa yang secara sengaja atau tidak berkunjung ke Student Centre. Dari sinilah muncul berbagai jenis karakter pembeli. Ada pembeli yang sekedar membeli makanan atau minuman sehabis itu pergi lagi. Ada yang membeli sambil menunggu waktu kuliah dan ada yang menjadikan kedai KOPMA sebagai tempat untuk berkumpul bersama dengan teman-teman. Dengan banyaknya pembeli yang datang tentu akan membawa pengaruh pada naiknya omset.

Lantas yang jadi pertanyaan, adakah cara lain yang bisa mendatangkan pembeli baru untuk datang ke kedai? Disinilah seorang pengusaha harus kreatif dalam menjawab tantangan ini. Saya melihat kedai KOPMA menempati ruangan yang baru tapi kalau ditelisik lebih jeli suasananya belum memberi kenyamanan bagi pembeli. Lantai masih kotor, meja dipenuhi oleh sisa makanan, bekas kopi dan dibalik kaca jendela terlihat debu jelas menempel. Saya harus berkata jujur, kalau kebersihan kedai masih kurang dan mengecewakan.

Saya selaku konsumen yang teramat perhatian ingin menekankan soal kebersihan sebagai modal utama. Kedai KOPMA yang bersih itu bisa memberi kenyamanan tersendiri bagi para pembeli. Tidak menutup kemungkinan mereka akan betah berlama-lama di kedai dan membeli banyak makanan atau minuman di sini. Sebagai solusinya lantai harus dipel setiap hari anggap saja lantai KOPMA itu seperti lantai di rumah sendiri. Gunakan pembersih lantai secukupnya agar lantai bersih dan juga harum aroma bunga atau buah-buahan.

Setelah lantai bersih, langkah selanjutna adalah membersihkan meja yang kotor karena biasanya noda amis juga minyak menempel disana. Biasakan kepada petugas yang menjaga kedai untuk sigap membersihkan meja setelah pembeli meninggalkan kedai. Jangan sampai memberi kesan yang tidak nyaman saat pembeli baru ingin duduk di meja itu. Kalau melihat kaca sudah tidak berkilau lagi maka harus cepat-cepat membersihkannya cukup seminggu sekali dengan menggunakan pembersih kaca Cling.

Sekarang saya sudah senang, kalau melihat kedai KOPMA itu bersih. Selanjutnya mari kita bicara tentang pelayanan (service). Saya menilai selama menjadi pembeli di sini pelayanannya sudah cukup baik. Tapi, apakah itu sudah cukup? Jawaban dari saya tentu saja belum karena pelayanan yang baik itu harus mampu meninggalkan kesan bagi para pembeli. Buatlah diri kita seakan-akan dekat dan benar-benar melayani mereka dengan hati. Perbaikilah cara menyapa, tersenyum, berinteraksi dan memberikan pujian yang baik untuk mereka. Pelayanan yang menyentuh hati mampu meninggalkan kesan bagi para pembeli.

Terakhir, saya akan bahas tentang variasi menu dan juga display makanan dan minuman di kedai KOPMA. Kalau bicara tentang makanan dan minuman rasa juga ikut bicara. Maka dari itu memberikan menu yang baru adalah cara untuk menawarkan pengalaman dan juga rasa. Contohnya dari minuman, saya ingin di kedai KOPMA itu menyajikan minuman cokelat hangat dengan tampilan yang apik. Minum cokelat hangat itu dipercaya bisa memperbaiki mood seseorang. Lewat menu-menu baru kelak akan muncul rasa penasaran yang akhirnya membawa pada pemasaran. Untuk display makanan dan minuman baiknya tidak melulu ditempatkan di tempat yang sama cobalah untuk merubahnnya sesekali karena itu perlu.

Tugas saya sekarang sudah selesai. Rasanya menyenangkan kalau KOPMA sudah melaksanakan apa yang saya tulis ini dengan sepenuh hati. Setelah ini, saya yakin pengurus, pengawas dan anggota KOPMA akan tersenyum lebar karena puas dengan naiknya omset menjadi lebih besar dari biasanya. Always remember in your mind that good profit is comes from a good service.

(Hamdan Yuapi, mahasiswa bahasa Inggris yang senang menulis bahasa Indonesia)

Jumat, 28 Februari 2014

Celana Dalam Luna Maya

Perhatikanlah sosok lelaki ini, namanya Jasi bukanlah dasi walaupun terdengar sedikit agak mirip dengan dasi.Ia suka menonton tayangan film-film dokumenter tentang alam, musik, film dan sejarah. Ia seperti tergila gila pada tayangan documenter aplagia tentang sejarah. Apalagi kalau tentang presiden pertama Indonesia, Soekarno ia bisa tiba tiba berubah jadi orator ulung. Akibat dari tindakannya itu tidak jarang teman-temannya memusuhinya karena tidak mengikuti gossip tentang artis. Ibunya juga kerap kesal saat ia tidak tahu nama artis kesukaannya di sinetron.Sungguh hebat bukan peranan artis dalam merubah perilaku manusia.

Artis artis yang biasa tampai di layar televise terbiasa untuk menebar manis tidak jarang juga kesedihan dalam hidup mereka jadi bumbu untuk menuai popularitas. Fonomena ini sudah tidak asing bagi para pemuja artis tapi tidak untuk Jasi, ia adalah seorang yang tidak tahu nama artis satu pun. Karena ia merasa tidak perlu mengurusi artis karena tugasnya jauh lebih berat dari mereka yaitu mendamaikan pedagrang yang sering berkelahi di pasar.

“Artis ini kurang kerjaan sekali setiap kali muncul malah menangis tersedu-sedu,” keluhnya.
Ibunya di rumah adalah seorang dewi senetron yang mana ketika menonton semua hal bisa lupa. Memasak juga bisa ditunda sampai sinetron itu berakhir. Menurut ibunya kehidupan di sinetron itu jauh lebih indah tidak seperti kehidupannya sekarang yang penuh dengan kesusahan. Ayahnya adalah seorang pengamat politik kelas atas di desanya semua masyarkat bahkan pak RT sekali pun percaya pada ramalah-ramalan politiknya. Kemampuannya dalam menangkap isu politk terbaru jauh lebih hebat.

Masyarkat di kampung ini polohidupnya sudah diatur mulai dari berpakain, mengkonsumi barang juga dlam berksikap. Mereka hidup seadanya tapi berusaha mengadakan apa yang tidak ada. Perempuan di sini setiap sore bahkan malam sering menggunakan rok mini untuk menarik simpati mata lelaki. Dari beberapa perempuan bisa terlihat mana yang pintar merawat diri dan mana yang tidak tercemari oleh tangan-tangan jahil.
Jasi biasa menghabiskan waktu di warung kopi tempat berkumpulnya para p[ekerja yang menunggu istri mereka pulang. Kata salah seorang lelaki disana “pabrik sekarang tidak perlu lagi tenaga-tenaga kita maka pantas saja mereka lebih menyukai pola kerja perempuan yang rajin,” katanya diiringi dengan tawa.
Pandangan orang-orang yang ada di dalam dialihkan untuk menatap siapa lelaki yang datang itu. Jasi lelaki kurus berkulit hitam tapi pemberani dalam menolak budaya popular. Pada waktu itu jasi menata dirinya bersama kegelapan kaos hitam dan celana hitam ditambah kulitnya juga sama-sama hitam. Lihatlah sekaranng orang orang disana meledeknya dengan hina. Untung saja ia sudah kebal bahkan kuat dikata-katai sampai mulut sang pembual lelah menghinanya.
Kenapa ada artis yang banting stir jadi politikus sedangkan saat sudah terpilih masih main sinetron dan layar lebar. Jasi heran ia tidak sekolah tapi logikanya berjalan dalam hal hati nurani ini. Hukum sudah tidak berpihak lagi pada yang lemah uang bisa membeli segalanya. Bahkan keperawanan saja bisa dihargai sekarang. Mimpi hidup enak di kota harus dibayar dengan hilangnya mahkota perempuan. Mereka berakhir pada suatau waktu dimana harus menerima dengan hati bagaikan lapang.
Para pedagang kaki lima dan kios kios pakaian di pasar sampai terpengaruh juga dengan nama besar artis. Sesungguhnya mereka menggunakannya untuk mantra mantra pemanggil pembeli. Misalnya untuk baju digunakan nama artis manohara untuk kerudung digunakan nama artis Syahrini bahkan untuk celana dalam ada nama Luna Maya yang video asusilnya telah mendunia bersama Ariel
“Ayo dijual celana dalam Luna Maya, Ayo….Ayo” terika salah seorang pedagang yang datangnya dari tanah seberang.
Begitulah kehidupan dan beginilah kenyataan. Jasi memlilih utnuk tetap menjadi Jasi lelaki yang tidak bisa memberi kemewahan pada perempuan yang dicintainya secara diam-diam. Sampai menikah ia hanya mampu menyendiri di sudut gudung dekat rumanya yang sepi tak berpenghuni.
Celana dalam yang ditawarkan lelaki berkulit sawo matang itu seakan memanggil namanya
“Jasi…..jasi….ayo belilah aku Jasi,” telinganya seperti dihampiri oleh suara yang tidak jelas datangnya dari mana.

Menyusul setelah itu ada suara erangan yang menandakan wanita tengah bahagia merasakan surge dunia. Celana dalam itu muncul bersuara mulaialah rasa penasaran menghantui diri lelaki muda yang polos ini. Jasi merasa terpanggil untuk mencari tahu siapa sebenarnya Luna Maya itu sedangkan kalau saja dia tahu nama perempuan ini telah mendunia karena video asusila dengan seorang vokalis band telah mendunia. Celana dalam Luna Maya masih menyimpan misteri bagi Jasi tak peduli siapa pembeli celana dalamnya ia hanya ingin tahu kenapa harus ada nama Luna Maya menyertai celana dalam.

Jumat, 31 Januari 2014

Teori Produktivitas Dalam Bekerja

Senin, 27 Januari 2013 
Bangun pagi dan bergegas pergi kini tengah menimpaku saat ini. Waktu pagi yang biasanya digunakan untuk bersantai perlahan harus aku lepas dan tinggalkan. Pada pukul tujuh tepatnya aku langsung bermain-main dengan gas motor. Siapa pun pasti setuju kalau hari Senin itu jalan di sudut manapun tengah padat padatnya. Jangan heran kalau kemacetan itu jadi teman akrab selama beberapa puluh menit. Sepanjang perjalan telepon genggamku tidak berhentinya berbunyi, nama orang yang sama muncul untuk memastikan aku bisa bertemu dengannya hari ini.

Aku harus berputar beberapa kali di jalan yang sama untuk menemukan sosok lelaki yang tengah menungguku. Kesamaan nama kampus STMIK IM dan STMIK AMIK sempat membuatku tertipu. Sampai dugaanku dari awal memang benar. Motorku sudah terparkir di sebuah rumah yang digunakan untuk tempat distribusi buku-buku sebuah penerbit. Tempat ini pernah aku datangi sebelumnya, kalau tidak salah tahun 2013 kemarin. Aku bertemu dengan Zaki lelaki yang dimaksud dalam cerita ini, ia menyalamiku dan menjelaskan sedikit tentang keperluannya padaku. Ia juga bilang kalau para pegawai di dalam sedang berdoa bersama dan rapat belum dimulai.

Aku diminta untuk membantu sebagai tim promosi online atau online marketer untuk produk aplikasi dari Mizan Application Publisher (MAP). Zaki bercerita sedikit kalau terpilih dirinya sekarang karena proposal darinya berhasil terpilih alhasil dia harus memenuhi undangan untuk rapat bersama tim hari ini. Awalnya dia menolak tapi pikirannya berubah setelah mengobrol dengan Irfan Amalee, CEO dari MAP. Dia mengaku kalau pengalamannya dalam online marketing masih sedikit oleh karena itu ia mengajakku untuk bergabung ke dalam tim ini.

Dibalik teriknya matahari dan debu-debu jalanan yang liar. Terlihat seorang lelaki berjalan mendekat kita berdua, dia adalah Irfan Amalee. Aku masih ingat ia berkemeja abu-abu dan tangannya memegang minuman penyegar cap kaki tiga.

Irfan Amalee sudah jauh lebih dulu masuk ke dalam rumah disusul dengan Zaki kemudian aku juga turut masuk. Lantai bawah dari rumah ini banyak dipenuhi oleh kardus-kardus yang isinya buku kebanyakan buku anak-anak setahuku. Langkah kedua kakinya berlanjut naik ke lantai dua dan disinilah tempat para pegawai bekerja. Belum lama datang Irfan Amalee meminta seluruh staff yang tengah bekerja untuk berkumpul karena akan ada rapat tentang keseluruhan produk digital yang saat ini tengah digarap.

Rapat diawali dengan pengenalan apa itu MAP berikut juga aplikasi mobile apa saja yang sudah dirilis ke pasaran. Ada aplikasi dari MAP yang target pasarnya untuk internasional terutama bagi keluarga muslim, aplikasi ini nantinya harus benar-benar menjadi aplikasi untuk keluarga muslim di seluruh dunia. Selanjutnya juga sang CEO muda ini membocorkan tentang aplikasi Hafidz Qur'an dan eHajj. Dalam benakku ini sudah tergambar sedikit apa tugas yang harus dikerjakan nantinya berkaitan dengan promosi online dan beberapa kampanye di dalamnya.

Pada semua staff kang Irfan menjelaskan dalam bekerja, kita harus punya target mulai dari tahunan, bulanan, mingguan sampai harian. Kalau misalnya target kita tidak bisa tercapai hari ini maka kita harus berusaha untuk mencapainya besok. Kalau tidak ada usaha itu dipastikan taget harian, mingguan atau tahunan tidak akan tercapai. Selepas itu kang Irfan membetikan gambarannya tentang pekerjaan. Kebanyakan dari kita bekerja sesuai dengan kemampuan namun sebenarnya dalam teori produktivitas bekeja itu harus diluar batas kemampuan tapi dengan jam kerja yang sama sekitar delapan jam cukup. Dengan begitu kita tidak perlu lagi membawa pekerjaan ke rumah. Itu yang terjadi pada Google mereka bekerja diluar batas kemampuan manusia. 

Setelah semua disampaikan bagian produksi dimintanya untuk kembali bekerja. Sementar itu aku belum beranjak dari kursi rapat karena harus mendapat arahan tentang bagaimana melakukan kampanya media sosial untuk aplikasi-aplikasi Mizan MAP yang tengah dibuat. Untuk itu mizan membuat sebuah platform 1001 hafidz quran untuk memudahkan segalanya. Aku juga dituntung untuk bisa membawa aplikasi ini mencapai target yang ditentukan yaitu 500.000 pengguna selama satu tahun.Ini akan jadi pengalaman baru sekaligus tantangan buatku yang tentunya perlu strategi kreatif.