Rabu, 12 Juni 2013

Membongkar Kenangan Cinta Dalam Kardus

“Acaranya udah mulai ya mas?” tanyaku pada salah seorang panitia lalu ia menjawab

“Iya mas ini baru aja pembukaan” jawabnya singkat sambil menujukan mukanya yang sedikit gelisah.

Aku belum diperbolehkan masuk ke Aula Pascasarjana UNPAD karena setiap peserta harus menunjukan tiket terlebih dahulu, aku berdiri melebarkan dada menunggu temanku keluar membawakan tiket seminar.  Dari balik pintu keluarlah wanita berkerudung, pancaran auranya menyapaku dari dekat. Lalu ia menunjukan potongan tiket ke panitia acara untuk menegaskan aku adalah temannya. Aku masuk ke dalam aula dibekali makanan snack dan air minum gelasan. Duduk di kursi paling belakang bukan pilihanku karena hampir semua tempat duduk sudah ditempati. Aku tidak kecewa karena kursi yang aku duduki sama empuknya dengan kursi-kursi lainnya. Inilah salah satu keunggulan Aula di kampus UNPAD.

Suara riuh dan teriakan memecah kesunyian di dalam ruangan yang terasa sekali intimnya. Saat pembicara pertama Salman Aristo dipanggil oleh pembawa acara, sambutannya hanya terdengar puluhan suara saja berbeda ketika Raditka Dika hadir dengan topi khas yang menutupi kesendirian hatinya sejuta sambutan terdengar lebih meriah. Salman Aristo mengawali kisah dibalik pembuatan film Cinta Dalam Kardus, pada awalnya ia bertemu dengan Raditya Dika kemudian ada obrolan tentang membuat sebuah karya. Saat mendengar cerita dari Dika tentang 21 satu barang dari mantan gebetan yang di simpan di dalam kardus kemudian dia tertarik untuk membuat filmnya.

Film berawal dari cerita dalam hal membuat sebuah cerita harus ada premisnya dulu. Premis itu apa yang ingin kita bicarakan atau apa yang ingin kita cob angkat. Dalam film Cinta Dalam Kardus sendiri yang ingin kita bicarakan adalah tentang seorang lelaki yang menyimpan kenangan bersama 21 orang mantan gebetannya dalam sebuah kardus.

Salman Aristo menuturkan uniknya dari film ini ada di divisi art director yang merancang setting tempat dengan menggunakan kardus. Tidak terhitung berapa banyak kardus yang dihabiskan untuk menggarap film ini. Untuk mendalami film ini ia dan Raditya Dika sampai masuk ke dalam kardus. Sayangnya budget total keseluruhan film dan sumber pendanaan tidak dibeberkan disini.

“Kita bisa saksikan seperti apa kardus-kardus itu ditata sedemikian rupa di filmnya nanti,” katanya.

Aku sendiri heran pada moderatornya setiap pertanyaan yang dilemparkannya terlalu berbelit-belit sampai muncul kesan membingungkan. Mungkin maksudnya ingin kritis tapi cara komunikasinya malah melelahkan tidak singkat, padat dan jelas. Itu terus berlanjut sampai giliran Raditya Dika yang berkisah tentang proses kreatifnya.

“Mungkin dari Raditya Dika sendiri gimana proses kreatifnya,” kata moderator bertanya

Lalu Raditya Dika menjawab “Super sekali, gila dia sampai gak nafas satu setengah menit cuma buat  nanyain gue aja haha,” suara kocaknya terdengar lepas sampai ke telingaku.

“Mungkin disini masih ada yang sampai sekarang nyimpen barang dari mantannya mau itu baju atau sepatu dan gue yakin itu barang masih loe simpen nggak dibuang”

Sendirian demi sindiran terus dilemparkan terlebih pada orang-orang yang jomblo

“Ada yang jomblo seumur hidup nggak? Kalau ada keluar sekarang itu hina sekali,” katanya dengan penuh kepuasan.

Dalam film ini ia akan bercerita tentang 21 mantan gebetannya dalam bentuk Stand Up Comedy, setiap mantan-mantannya itu punya cerita tersendiri. Dika menulis skenarionya tidak sendiri tapi dibantu oleh Salman Aristo. Pada waktu itu hadir juga Anizabella Lesmana salah seorang aktris di film tersebut.

Pada kenyataannya materi tentang creative writing minim sekali yang akan hanya beberapa komedi Raditya Dika yang terus diulang-ulang. Menulis itu adalah proses pembiasaan diri menuangkan gagasan itu bisa dilatih dari hari ke hari. Bagi yang ingin jadi penulis sebaiknya sejak awal acara sudah keluar dari Aula Pascasarjana UNPAD dan langsung menulis.

Video dibalik layar Cinta Dalam Kardus turut dipertontonkan ke semua peserta sudah jelas alasannya sebagai bentuk promosi film. Tidak lupa beberapa potongan adegan dalam bentuk foto diperlihatkan diawali foto Miko (Raditya Dika) bersama Putri (Anizella Lesmana) duduk saling bersebelahan menatap jauh ke langit yang dilintasi oleh pesawat terbang dan foto-foto adegan filmnya lainnnya. Hanya lewat foto saja para peserta sudah dibuat tertawa tanpa beban melihat wajah dari Miko ditambah mendengar komentar lucu dari Raditya Dika tentang fotonya sendiri.

Memang bukan perkara mudah untuk membongkar kenangan 21 satu mantan gebetan dan menceritakan satu persatu barang pemberian dari mereka semua. Namun kardus mampu menampung cinta yang bersarang dalam hati untuk bisa disimpan dan kelak suatu hari nanti akan menjadi kenangan yang utuh.

1 komentar: