Rabu, 24 Oktober 2012

Teman Pengobat Rasa Lapar

Sepintar-pintarnya teman menahan lapar pada akhirnya akan menyerah juga. Punya pacar bagi seorang mahasiswa seperti menjadi korban kelaparan dalam sepekan. Bentuk nyatanya uang jajan untuk satu bulan bisa habis lebih cepat melebihi jangka waktu yang telah ditentukan. Jangan salah kalau di akhir bulan banyak yang memilih untuk tidak makan atau mengurangi jatah makan. Kalaupun terpaksa karena sudah tidak kuat lagi menahan guncangan cacing di dalam perut, biasanya teman dekat dijadikan senjata ampuh untuk mengemis makanan dengan dalih “namanya juga anak kost”. Kalau strategi pertama belum berhasil teman yang baru kenal bisa saja jadi objek empuk untuk mendapatkan makanan gratis.

Kemarin malam, aku menghentikan laju motorku sejenak di depan Angkringan. Angkringan bukanlah tempat yang istimewa, hanya sebuah tempat yang menyediakan makanan dan minuman dengan harga murah ditambah tempatnya nyaman untuk bersantai. Aku datang sendirian pada waktu itu lalu memesan es teh manis kesukaanku. Dari banyaknya kursi kosong, aku menempati salah satunya. Saat aku duduk, pemilik Angkringan menyambutku dengan paparan cerita tentang kejadian kemarin malam di depan kampusku. Katanya kemarin malam terjadi bentrok antar mahasiswa di depan kampus. Parahnhya bentrokan tersebut harus dibumbui oleh kekerasan seperti saling melempar batu dan aksi saling pukul memukul antara kedua kubu.

“Yang kemarin malam tawuran itu antara PMII dan HMI biasalah permasalahannya pasti itu. Cuma kalau sampai tawuran antar mahasiswa otak mereka itu sudah tidak ada,” katanya.

Kalau Kugy dan Kaenan punya radar Neptunus untuk melacak dimana keberadaan agen Neptunus. Kalau aku sebagai jurnalis kampus punya insting untuk menyampaikan berita ini kepada teman-temanku yang lain. Aku mengambil pesanan teh manis milikku lalu bergegas pergi meninggalkan Angkringan. Laju motorku ku arahkan menuju Asrama 2 Saudara.

Sesampainya di Asrama 2 Saudara aku menceritakan berita tawuran antar mahasiswa ke semua temanku yang kebetulan sedang berkumpul. Setelah mendengar itu, tidak ada satu pun dari mereka yang berucap “WOW” atau setidaknya bertanya sesuatu kepadaku. Aku mengambil kesimpulan kalau berita yang aku sampaikan sudah kadaluarsa. Benar saja, Nirra sudah lebih tahu bahkan katanya sampai ada 8 orang mahasiswa yang dibawa ke polisi karena kejadian tawuran itu. Seandainya ada Pradi,  aku pasti bisa mendapatkan respon agresif lewat beragam ekspresi dari raut mukanya.

Di sela-sela hangatnya kebersamaan, handphonekubergetar pertanda ada telepon masuk.Tampak di layar nama SUAKA Nasrul, aku mengangkatnya dengan tenang. Nasrul bertutur panjang lebar lewat telepon, aku bisa menangkap inti dari obrolan singkatnya di telepon. Punya pacar bukan jamaninan rasa lapar bisa hilang. Buktinya Nasrul rela menyisihkan sebagian pulsana hanya untuk menanyakan apakah di SUAKA ada beras! Mungkin baginya meminta makan ke pacar bukan kriteria lelaki idaman di mata Ocha pacarnya. Aku pikir jatah nasi Nasrul untuk satu bulan sudah habis ditelan sebagian oleh pacarnya.

Dalam catatan sejarah Nasrul punya segudang perjalanan cinta selama hidup. Salah seorang teman dekatnya Norman pernah bercerita kalau ketika SMA ia pernah menjalin hubungan dengan wanita bernama Ochi. Hubungannya dengan Ochi tidak semulus jalanan aspal atau beton. Seringkali ada kerikil dan lubang yang menguji kekuatan cinta mereka. Selanjutnya ada Ririn wanita manis bertubuh mungil ini pernah ditembaknya ketika awal-awal perkuliahan. Kabar buruknya Nasrul ditolak karena Ririn sudah punya pacar. Dari hasil perjuangan sengit, Ochalah wanita pengisi ruang hatinya sekarang.

Sulitnya melewati akhir bulan tidak hanya dirasakan oleh Nasrul tapi juga oleh mahasiswa lainnya yang bernasib sama. Teruslah berusaha menemukan nasi dan makanan sejatimu Nasrul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar