Selasa, 04 Desember 2012

Proses Lahirnya Jurnalis Kampus Baru

Motorku berhenti di depan rumah yang dari luar terlihat biasa dan bentuknya sama seperti rumah lainnya. Halaman rumah itu banyak ditumbuhi oleh pepohonan, ada yang bentuknya besar dan kecil. Dibawahnya rerumputan hijau tumbuh subur. Beberapa motor terparkir tidak sejajar di garasi luar. Pintu masuk terbuka lebar membebaskan angin keluar masuk tanpa permisi. Aku mulai menginjakan kaki di lantai yang terbuat dari kayu. Salah satu alumni SUAKA yang ingin aku temui yaitu Ahmad Yunus terlihat masih duduk sambil berceloteh bersama Miko, Wicak, dan Nasrul. Dia adalah seorang jurnalis yang pernah berkeliling Indonesia dengan menggunakan motor bersama Farid Gaban. Hasil dari perjalanannya ditulis dalam buku “Meraba Indonesia”. Buku ini kental dengan gaya penulisan jurnalisme sastrawi.

Aku melihat ada tangga di dekat kamar, itu artinya rumah ini memiliki dua lantai. Titian demi titian tangga membawaku pada pemandangan penuh sesak. Tapi, dibalik kesesakan itu terpecik semangat baru. Para calon anggota baru SUAKA hening menyimak pemaparan materi kejurnalistikan. Dimulai dari kemarin sampai hari ini berlangsung Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar (PJMTD) tahun 2012. Setelah materi berakhir para peserta diberikan kesempatan untuk bertanya tentang apa yang masih belum dimengerti dan ingin diketahui lebih jauh. PJMTD merupakan langkah awal bagi calon jurnalis kampus sebelum bergelut langsung di lapangan.

Pada waktu sore para peserta PJMTD 2012 mendapatkan materi tentang teknik wawancara dari Enjang Muhaemin, dosen yang mengajar di jurusan Jurnalistik. Malam harinya ada simulasi wawancara. Isu yang diangkat telah ditentukan oleh panitia. Narasumber yang akan diwawancara oleh para peserta adalah para panitianya sendiri. Hasil dari wawancara harus ditulis dalam bentuk berita atau bisa juga feature.

Koran, majalah, kertas karton, kertas warna-warni, gunting, pisau lipat, dan lem kertas. Semua itu adalah alat bagi para peserta untuk membuat sebuah media. Malam hari para pementor dari panitia satu persatu membimbing dalm hal pembuatan media. Aku datang mengamati setiap peserta sambil meminum teh manis hangat di gelas plastik. Sebuah media bisa selesai tepat pada waktunya kalau dikerjakan bersama-sama. Maka dari itu harus ada pembagian tugas misalnya satu orang menulis ulang berita, satu lagi menggunting karton dan satu lagi menempelkan materi yang sudah selesai dipilih. Dengan begitu ketika medianya selesai dikerjakan ada kepuasan tersendiri dari setiap anggota kelompok.

Sekarang sedang berlangsung presentasi media dari setiap kelompok secara bergiliran. Penilaian media dipercayakan pada alumni dan senior SUAKA yaitu Jawa, Iqmah dan Ozan. Media yang telah selesai dibuat beragam bentuknya ada yang membuat dalam bentuk tabloid, majalah dan buletin. Nama medianya sendiri beragam dan punya karakteristik tersendiri.

Pemandangan Cilengkrang di waktu malam membuatku terpana. Gemerlap keindahan kota terpancar di tengah gelap. Semua pemandangan malam tertangkap dari tempatku berdiri. Tidak terasa presentasi media sudah selesai. Saatnya untuk menjalin kedekatan antara panitia dan peserta. Acara tukar menukar hadiah menjadi satu momen penting bagi para peserta. Nirra sebagai pembawa acara memberikan cara menukar hadiah yang berbeda kepada setiap peserta.

Beberapa jam tersisa mataku terpejam di lantai beralaskan karpet. Hari esok para jurnalis kampus baru akan lahir dari hasil pelatihan hari ini dan kemarin. Pasar Minggu di Manglayang menjadi tempat pertama untuk mendapatkan berita secara langsung di lapangan. Setelah jurnalis kampus baru lahir tantangan sebenarnya ada di depan mata. Siapkah mereka untuk terus memberitakan kebenaran?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar